Indonesia
merupakan wilayah yang sangat luas dan termasuk negara dengan jumlah
pulau-pulau yang sangat banyak. Pulau-pulau di Indonesia tersebar dari
Sabang sampai Merauke. Dengan pulau yang sangat banyak, kebudayaan di
Indonesia pun menjadi beraneka ragam. Nggak hanya soal makanan, tradisi
upacara yang beragam, tentang pernikahan pun
punya tradisi yang berbeda-beda. Bahkan pakaian adat pengantin di
setiap wilayah Indonesia punya ciri khas dan makna yang berbeda.
Kalian yang sebagai warga negara Indonesia,
jangan hanya memakai saja, tapi juga harus tahu makna dari pakaian adat
pengantin tersebut. Karena setiap pakaian yang berasal dari daerah
tertentu memiliki nilai historis dan filosofi yang penting.
Nah, kali ini Hipwee akan membahas tentang “Makna pakaian pengantin adat dari berbagai daerah di Indonesia”.
1. Kota Serambi Mekkah ini, banyak dipengaruhi budaya Islam termasuk dalam hal pakaiannya
Pengantin baru khususnya laki-laki, selain harus mengenakan pakaian warna hitam, secara adat juga harus menggunakan Kupiah Meukeutop lengkap dengan Teungkulok dan Tampok. Untuk lebih lengkap lagi, pada Kupiah Meukeutop dihiasi mainan atau hiasan seperti prik-prik agar lebih indah. Pakaian Linto Baro
juga dilengkapi kain sarung yang dililit dari pinggang hingga di atas
lutut. Di bagian pinggang diselipkan sebilah senjata tajam Aceh, Siwah.
Terdapat
pula 3 untaian rantai mirip bunga kelapa dan bunga aren yang ditaruh
pada kantong jas. Kedua untaian itu dikaitkan hiasan bermotif ikan dan
kunci. Simbol ikan ini bermakna meski ikan itu telah mati tanpa
disembelih masih halal dimakan. Sedangkan kunci melambangkan bahwa orang
Aceh sangat menjaga harta bendanya sehingga ke manapun pergi kunci
lemarinya dibawa serta. Sementara satu untaian lagi bentuk untaiannya
agak panjang dan dimasukkan ke dalam kantong yang pada ujung untaian itu
disangkutkan sebuah jam kantong. Perhiasan ini disebut Taloe Jeuem
(tali jam). Perhiasan ini melambangkan bahwa orang Aceh sangat
menghargai waktu.
Pakaian adat perempuan (Dara Baro) berbeda dengan laki-laki. Dara Baro lebih banyak di perhiasannya. Warna baju Dara Baro bukan warna hitam, tetapi boleh merah, kuning, hijau dan lain-lain. Tapi kalau celana tetap harus hitam. Hanya saja, bagi Dara Baro di bagian bawah celana memakai bunga kasab. Kain yang digunakan untuk laki-laki dan perempuan pun sama, yaitu kain songket.
Perhiasan
untuk Dara Baro dibuat dari emas dan perak bermotif Aceh. Dara Baro
memakainya mulai dari rambut sampai ke kaki. Perhiasan yang dipakai di
kepala adalah tusuk sanggul (ada beberapa macam), patham dhoi (mahkota), anting-anting, prik-prik (ayun gumbak) yang letaknya bergantung di rambut kiri-kanan dekat telinga dan bunga hidup melati/seulanga. Kemudian untuk hiasan leher: yang pertama klah taku, baru kemudian di leher digantungkan berbagai atribut yang kadang-kadang sampai menutup dada bagian atas seperti boh ru, talo gulei, kanceng lhee, manek dirham, bing meuh dan banyak lagi jenis perhiasan yang bermotif Aceh. Duh nggak kebayang ya ribetnya Guys.
2. Daerah yang disebut kota pempek ini memiliki busana pengantin yang sarat makna
Nah
kita sekarang akan membahas tentang makna pakaiaan dari kota pempek
ini. Di Sumatera Selatan ada pakaian adat yang diberi nama Aesan
Paksangko yang bermakna keanggunan. Pada Aesan Paksangko, untuk yang
pria menggunakan songket lepus bersulam emas, jubah motif tabur bunga
emas, selempang songket, seluar, serta songkok emas menghias kepala.
Dan bagi perempuan menggunakan teratai penutup dada, baju kurung warna
merah ningrat bertabur bunga bintang keemasan, kain songket lepus
bersulam emas, serta hiasan kepala berupa mahkota Aesan Paksangkong. Tak
ketinggalan pula pernak-pernik penghias baju seperti perhiasan
bercitrakan keemasan, kelapo standan, kembang goyang, serta kembang
kenango.
Tidak ketinggalan pula kain
songket sebagai yang utama. Kain songket juga menjadi simbol perkawinan
masyarakat Sumatera Selatan, yakni sebagai hantaran yang diberikan pada
saat lamaran, sekaligus melambangkan sumber kehidupan kedua pengantin
dilihat dari segi kepribadiannya, pendidikannya, dan status ekonominya.
Tak heran, jika pemberian lamaran yang di antaranya adalah pakaian adat
dan kain songket menjadi simbol derajat kehidupan pengantin.
Karena pakaiannya yang sangat glamor, nggak kebayang ya, kita pasti akan keliatan kayak Raja dan Ratu sehari nih.
3. Suku yang terletak di pusat Ibukota ini pakaian pengantinnya adalah akulturasi dari berbagai budaya lho
Dalam
upacara pernikahan masyarakat Betawi, dalam hal pakaiannya merupakan
akulturasi dari kebudayaan, yakni kebudayaan Melayu, Tionghoa, dan Arab.
Untuk pakaian pengantin pria diberi nama dandanan care haji
yang merupakan akulturasi dari budaya Arab. Pakaian pengantin pria
merupakan jubah panjang berwarna merah dan tutup kepala yang seperti
sorban disebut Alpie.
Untuk pengantin wanitanya menggunakan baju adat Betawi yang bernama rias besar dandanan care
none pengantin cine. Pakaian yang digunakan blus bergaya Cina dengan
bahan utama satin berwarna cerah, roknya disebut dengan kun berwarna
gelap dengan model seperti duyung. Untuk yang wanita dilengkapi pula
dengan kembang goyang bermotif burung hong dengan sanggul palsu dan
cadar dibagian wajah. Pada bagian sanggul dihiasi dengan bunga melati
yang dibentuk seperti ronjee dan sisir. Adapula kalung lebar, gelang
listing, hiasan teratai manik-manik yang dikalungkan di dada serta selop
sebagai alas kaki.
Guys, kita dapat
melihat asimilasi dari baju pengantin adat Betawi. Baju pengantin
prianya seperti sorban, jubah dan celana panjang dipengaruhi budaya
Arab. Dan untuk pengantin wanitanya menggunakan tutup muka atau syangko,
pakaian model encim dan rok model duyung yang merupakan pengaruh Cina
sedangkan alas kaki pria dan wanitanya dipengaruhi budaya Arab.
4. Pakaian kebesaran Lampung yang sering di pakai pengantin, disebut siger Lampung
Baju
pengantin pria dari Lampung cukup sederhana, berupa baju lengan panjang
berwarna putih, celana panjang dan sarung tumpal, sesapuran dan khikat
akhir. Makna pakaian pengantinnya pun melambangkan kebesaran dan
keagungan. Selain itu pengantin pria juga dilengkapi dengan berbagai
perhiasan, ada sedikitnya 8 perhiasan. Kalung papan jajar bermakna
kehidupan baru yang akan diarungi, kalung buah jukum perlambang doa agar
cepat memiliki keturunan, gelang burung bermakna kehidupan panjang dan
kekerabatan yang terjalin setelah menikah, gelang kano melambangkan
pembatasan atas semua perbuatan buruk setelah menikah, dan gelang bibit
melambangkan doa agar segera mendapat keturunan.
Pakaian
pengantin wanita tidak begitu berbeda seperti yang pria, terdiri dari
sesapuran, khikat akhir, sarung rumpai, selappai, bebe, katu tapis dewa
sano dan dilengkapi dengan bermacam-macam perhiasan. Perhiasan tersebut
di antaranya, siger adalah mahkota emas khas yang dikenakan di kepala
pengantin wanita. Mahkota ini melambangkan keagungan adat budaya
Lampung. Siger memiliki 9 ruji, menandakan bahwa ada 9 sungai besar yang
terdapat di Lampung, yaitu Way Semangka, Way Sekampung, Way Seputih,
Way Sunkai, Way Abung Pareng, Way Tulang Bawang, Way Kanan, dan Way
Mesuji. Seraja bulan adalah mahkota kecil memiliki filosofi dahulu ada 5
kerajaan yang berkuasa di Lampung. Selain itu seraja bulan juga dapat
melambangkan 5 falsafah hidup masyarakat Lampung. Kalung papanjajar
simbol kehidupan baru bagi pengantin, kalung buah jukum sebagai simbolis
agar mereka segera mendapat keturunan. Dan gelang-gelang bermakna agar
terhindar dari perbuatan buruk setelah menikah dan segera mendapat
keturunan.
5. Banyak nilai simbolis dan filosofis dari pakaian pernikahan suku Banjar, Kalimantan Selatan
Busana
pengantin pria terdiri dari mahkota yang berbentuk ular lidi, baju
poko, selawar (celana panjang), tapih, hiasan kalung samban, hiasan
bunga-bunga dari daun nyiur, warna busan kuning cerah, merah atau hijau.
Sedangkan busana wanitanya terdiri dari mahkota berbentuk dua ekor ular
lidi, sanggul dengan hiasan kembang goyang, kemben, selendang,
kida-kida, kayu apu, tapih, hiasan kembang goyang, dan bunga berupa
karang jagung, anyaman janur, mawar dan melati wungkul.
Busana
pengantinnya pun memiliki banyak filosofis dan simbolis. Simbol ular
naga pada mahkota simbol derajat pemakainya, ular lidi simbol kecerdikan
tapi tetap rendah hati, burung garuda paksi simbol ketangkasan, bunga
mawar simbol keberanian, melati simbol kesucian, melati kuncup simbol
bahwa pengantin wanita masih perawan, binatang halilipan simbol rendah
hati, jujur dan tidak akan menggangu orang lain. Ternyata banyak
filosofis dalam busana pengantin adat Banjar yang sangat penting dan
berharga.
6. Busana pengantin Jawa Tengah terkenal dengan banyak maknanya. Peninggalan budaya kerajaan Surakarta
Adat
budaya Jawa Tengah terkenal dengan etika dan tata kramanya yang
terpatri di baju pengantin Jawa Tengah. Busananya sendiri banyak
mengandung filosofi mendalam tentang kesopanan dan berbagai harapan baik
bagi kedua mempelai agar berbahagia dalam mengarungi bahtera rumah
tangga bersama pasangan. Kain batik yang dikenakan oleh kedua mempelai
pun merupakan perlambangan dari doa untuk mendapatkan kehidupan yang
baik dan ketentraman. Ciri khas busananya umumnya sudah diwakilkan oleh
masyarakat Solo. Busananya berupa dodotan atau kemben dengan kain batik
yang langsung dibalutkan pada tubuh pengantin wanita tanpa mengenakan
kebaya terlebih dahulu. Pengantin pria pun tak mengenakan beskap
melainkan celana dan kain batik.
Aksesori
yang dikenakan oleh kedua mempelai dengan pakaian adat Jawa Tengah ini
memang terkesan megah dengan untaian melati dan berbagai hiasan
keemasan. Mempelai wanita mengenakan sanggul tradisional dengan tusuk
konde berjumlah 9, dan mempelai pria menyelipkan keris yang juga berhias
roncean melati pada bagian belakang kain yang dikenakan
7. Sama seperti di Jawa Tengah, busana pengantin dari Jogja juga memiliki banyak makna
Pengantin
pria menggunakan selendang bercorak pendhing sebagai sabuk dibagian
pinggang dan menggunakan baju pengantin dengan hiasan bahan bordir
berdasar beludru sedangkan untuk hiasan kepala memakai kuluk kanigara.
Untuk pengantin wanita baju yang digunakan kain kebaya yang panjang yang
pada umumnya memiliki bahan plitur bermotif kain batik prada. Untuk
hiasan kepala wanita diharuskan memakai riasan berwarna hitam di dahi
dengan warna emas di bagian pinggirnya disebut dengan paes.
Sedangkan
untuk rambut umumnya disanggul dengan gaya gajah ngolig dengan hiasan
sumping dan beberapa aksesoris lainnya. Paes memiliki makna simbol
kecantikan wanita Jawa yang sangat dipercaya mampu menjauhkan dari hal
buruk yang mungkin mengancam keselamatan jiwa sang pengantin wanita. Ini
juga merupakan tanda kedewasaan wanita Jawa.
Nah
itu dia guys, busana pernikahan dari beberapa wilayah Indonesia dan
makna dari busana pengantin tersebut. Busana pengantin tersebut berasal
dari pakaian adat pula, selain merupakan busana kebesaran, kita juga
wajib melestarikan warisan budaya Indonesia dalam wujud busana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar