Gendang Beleq
Disebut Gendang Beleq karena salah satu alatnya adalah gendang beleq
(gendang besar). Orkestra ini terdiri atas dua buah gendang beleq yang
disebut gendang mama (laki-laki) dan gendang nina(perempuan), berfungsi
sebagai pembawa dinamika. Sebuah gendang kodeq (gendang kecil), dua buah
reog sebagai pembawa melodi masing-masing reog mama, terdiri atas dua
nada dan sebuah reog nina, sebuah perembak beleq yang berfungsi sebagai
alat ritmis, delapan buah perembak kodeq. Perembak ini paling sedikit
enam buah dan paling banyak sepuluh. Berfungsi sebagai alat ritmis,
sebuah petuk sebagai alat ritmis, sebuah gong besar sebagai alat ritmis,
sebuah gong penyentak, sebagai alat ritmis, sebuah gong oncer, sebagai
alat ritmis, dan dua buah bendera maerah tau kuning yang disebut
lelontek. Menurut cerita, gendang beleq ini dulu dimainkan kalau ada
pesta-pesta kerajaan, sedang kalau ada perang berfungsi sebagai komandan
perang, sedang copek sebagai prajuritnya. Kalau perlu datu (raja) ikut
berperang, disini payung agung akan digunakan. Sekarang fungsi payung
ini ditiru dalam upacara perakawinan. Gendang beleq dapat dimainkan
sambil berjalan atau duduk. Komposisi waktu berjalan mempunyai aturan
tertentu, berbeda dengan duduk yang tidak mempunyai aturan. pada waktu
dimainkan pembawa gendang beleq akan memainkannya sambil menari,
demikian juga pembawa petuk, copek dan lelontok.
Bau Nyale
Bau Nyale adalah sebuah peristiwa dan tradisi yang sangat melegenda dan
mempunyai nilai sakral tinggi bagi suku Sasak. Tradisi ini diawali oleh
kisah seorang Putri Raja Tonjang Baru yang sangat cantik yang dipanggil
dengan Putri Mandalika. Karena kecantikannya itu para Putra Raja,
memperebutkan untuk meminangnya. Jika salah satu Putra raja ditolak
pinangannya maka akan menimbulkan peperangan. Sang Putri mengambil
keputusan pada tanggal 20 bulan kesepuluh untuk menceburkan diri ke laut
lepas. Dipercaya oleh masyarakat hingga kini bahwa Nyale adalah jelmaan
dari Putri Mandalika. Nyale adalah sejenis binatang laut berkembang
biak dengan bertelur, perkelaminan antara jantan dan betina. Upacara ini
diadakan setahun sekali. Bagi masyarakat Sasak, Nyale dipergunakan
untuk bermacam-macam keperluan seperti santapan (Emping Nyale),
ditaburkan ke sawah untuk kesuburan padi, lauk pauk, obat kuat dan
lainnya yang bersifat magis sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Upacara Rebo Bontong
Upacara Rebo bontong dimaksudkan untuk menolak bala (bencana/penyakit),
dilaksanakan setiap tahun sekali tepat pada hari Rabu minggu terakhir
bulan Safar. Menurut kepercayaan masyarakat Sasak bahwa pada hari Rebo
Bontong adalah merupakan puncak terjadi Bala (bencana/penyakit),
sehingga sampai sekarang masih dipercaya untuk memulai suatu pekerjaan
tidak diawali pada hari Rebo Bontong. Rebo Bontong ini mengandung arti
Rebo dan Bontong yang berarti putus sehingga bila diberi awalan pe
menjadi pemutus. Upacara Rebo Bontong ini sampai sekarang masih tetap
dilaksanakan oleh masyarakat di Kecamatan Pringgabaya.
Slober
Kesenian Slober adalah salah satu jenis musik tradisional Lombok yang
tergolong cukup tua, alat-alat musiknya sangat unik dan sederhana yng
terbuat dari pelepah enau dengan panjang 1 jengkal dan lebar 3 cm.
Kesenian slober didukung juga dengan peralatan yang lainnya yaitu
gendang, petuq, rincik, gambus, seruling. Nama kesenian slober diambil
dari salah seorang warga desa Pengadangan kecamatan Pringgasela yang
bernama Amaq Asih alias Amaq Slober. Kesenian ini salah satu kesenian
yang masih eksis sampai saat ini yang biasanya dimainkan pada setiap
bulan purnama.
Lomba Memaos
Lomba Memaos atau membaca lontar yaitu lomba menceritakan hikayat
kerajaan masa lampau, satu kelompok pepaos terdiri dari 3-4 orang, satu
orang sebagai pembaca, satu orang sebagai pejangga dan satu orang
sebagai pendukung vokal. Tujuan pembacaan cerita ini untuk mengetahui
kebudayaan masa lampau, dan menanamkan nilai-nilai budaya pada generasi
penerus. Kesenian memaos ini diangkat kembali sebagai asset budaya
daerah dan dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata khususnya wisata
budaya.
Periseian
Kesenian Bela diri ini sudah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan di
Lombok, awalnya adalah semacam latihan pedang dan perisai sebelum
berangkat ke medan pertempuran. Pada perkembangannya hingga kini senjata
yang dipakai berupa sebilah rotan dengan lapisan aspal dan pecahan kaca
yang dihaluskan, sedangkan perisai (Ende) terbuat dari kulit lembu atau
kerbau. Setiap pemainnya/pepadu dilengkapi dengan ikat kepala dan kain
panjang. Kesenian ini tak lepas dari upacara ritual dan musik yang
membangkitkan semangat untuk berperang. Pertandingan akan dihentikan
jika salah satu pepadu mengeluarkan darah atau dihentikan oleh juri.
Walaupun perkelahian cukup seru bahkan tak jarang terjadi cidera hingga
mengucurkan darah didalam arena., tetapi diluar arena sebagai pepadu
yang menjunjung tinggi sportifitas tidak ada dendam diantara mereka.
Inilah pepadu Sasak. Festival Periseian diadakan setiap tahun di
Kabupaten Lombok Timur dan diikuti oleh pepadu sepulau Lombok.
Begasingan
Begasingan merupakan salah satu permainan yang mem-punyai unsur seni dan
olah raga, merupakan permainan yang ter-golong cukup tua di masyarakat
Sasak. Begasingan ini berasal dari dua suku kata yaitu Gang dan Sing
yang artinya gang adalah lokasi lahadalah suara. Seni tradisional ini
mencerminkan nuansa kemasyarakatan yang tetap berpegangan kepada
petunjuk dan aturan yang berlaku ditempat permainan itu, nilai-nilai
yang berkembang didalamnya selalu mengedepankan rasa saling menghormati
dan rasa kebersamaan yang cukup kuat serta utuh dalam melaksanakan suatu
tujuan dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang menjadi
kebanggaan jati diri. Permainan ini biasanya dilakukan semua kelompok
umur dan jumlah pemain tergantung kesepakatan kedua belah pihak di
lapangan.
Bebubus Batu
Bebubus batu merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang masih
dilaksanakan didusun Batu Pandang kecamatan Swela. Bebubus batu berasal
dari kata bubus yaitu sejenis ramuan obatan yang terbuat dari beras dan
dicampur dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan sedangkan batu adalah
sebuah batu tempat untuk melaksanakan upacara yang dikeramatkan oleh
masyarakat setempat. Prosesi acara ini dipimpin oleh Pemangku yang
diiringi oleh kiyai, penghulu dan seluruh warga dengan menggunakan
pakaian adat dan membawa Sesajen (dulang) serta ayam yang akan dipakai
untuk melaksanakan upacara. Upacara Bebubus batu ini dilaksanakan setiap
tahunnya yang dimaksudkan adalah untuk meminta berkah kepada Sang
Pencipta.
Tandang Mendet
Tari tandang Mendet /tarian Perang merupakan salah satu tarian yang ada
sejak jaman kejayaan kerajaan Selaparang yang menggambarkan oleh
keprajuritan atau peperangan. Tarian ini dimainkan oleh belasan orang
yang berpakaian lengkap dengan membawa tombak, tameng, kelewang (pedang)
dan diiringi dengan gendang beleq serta sair-sair yang menceritakan
tentang keperkasaan dan perjuangan, tarian ini bisa ditemui di Sembalun.
Sabuk Belo
Sabuk Belo adalah sabuk yang panjangnya 25 meter dan merupakan warisan
turun temurun masyarakat Lombok khususnya yang berada di Lenek Daya.
Sabuk Belo biasanya dikeluarkan pada saat peringatan Maulid Bleq
bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal tahun Hijriah. Upacara
pengeluaran Sabuk Bleq ini diawali dengan mengusung keliling kampung
secara bersama-sama yang diiringi dengan tetabuhan Gendang Beleq yang
dilanjutkan dengan praja mulud dan diakhiri dengan memberi makan kepada
berbagai jenis makhluk. Menurut kepercayaan masyarakat setempat upacara
ini dilakukan sebagai simbol ikatan persaudaraan, persahabatan,
persatuan dan gotong royong serta rasa kasih sayang diantara makhluk
yang merupakan ciptaan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar